perjuangan pahlawan telah ternodai

&imgrefurl=http://www.clubemesc.com.br/editor/images/heroes_monument.htm&usg=__UJFbN7VsoopaZbB7SoIsKF7Z57M=&h=495&w=700&sz=113&hl=en&start=13&sig2=jDjrKG_2yXaXTxJ90s1zag&zoom=1&tbnid=do_hbMgFvtjgPM:&tbnh=99&tbnw=140&ei=sWanUcXsOeK5igLDyYDACQ&prev=/search%3Fq%3Dpahlawan%26tbm%3Disch&itbs=1&sa=X&ved=0CCAQrQMwDA
INDONESIA merupakan negara
dengan sumber kekayaan yang luar
biasa serta dihiasi dengan keindahan
alamnya yang memikat. Saya tidak
yakin negara mana pun akan
mengatakan Indonesia sebagai
negara “miskin” ataupun negara
kekurangan. Dengan sumber daya
alam yang melimpah, mulai dari
perut bumi hingga semua yang
terhampar dalam permukaan bumi,
mulai dari dasar terdalam lautan
hingga puncak tertinggi di
pegunungan, seolah mengindikasikan
negeri ini bagaikan surganya dunia.
Kearifan lokal, keberagaman budaya
serta keanekaragaman nilai-nilai
adat istiadat yang tertanam dalam
bangsa Indonesia membentuk
sebuah identitas bangsa yang khas
kemudian terbentuklah sebagai jati
diri bangsa. Akan tetapi justru kita
melihat apa yang terjadi saat ini
adalah sebuah kegamangan secara
sistemik jati diri bangsa. Secara
perlahan negeri ini akan
meninggalkan pelabuhan Tanah Air
negerinya sendiri. Lambat laun
identitas serta kepercayaan diri
sebagai bangsa mungkin akan
hilang. Fatalnya, degradasi jati diri
dan ideologi ini akan menyebabkan
hilangnya rasa percaya diri, harga
diri serta sikap kemandirian bangsa.
Dengan kompleksitas masalah yang
terjadi, terlihat dengan hilangnya
rasa percaya diri dan sikap
kemandirian. Bangsa ini seolah
menjadi “negara kaya yang berpura-
pura miskin”. Hingga dari aspek
budaya yang lambat laun mulai
didominasi budaya asing sampai
sumber daya alam yang tak
sepenuhnya dinikmati oleh rakyat
sendiri, bahkan cenderung di
eksploitasi oleh asing. Hal ini
menunjukan negeri ini merdeka
dalam keadaan tidak berdaulat
sepenuhnya.
Paling tidak kasus Freeport.
Perusahaan tambang emas milik
Amerika ini mengeksploitasi emas
di Indonesia, dan sudah berakhir
kontraknya pada 2021 mendatang.
Kekayaan emas Indonesia yang
sangat melimpah justru sebagian
besar direnggut oleh bangsa asing.
Keuntungan yang tidak sedikit yang
dikantongi Freeport, semakin
membuat perusahaan ini kegirangan.
Bahkan mereka akan mengajukan
perpanjangan kontrak kerjasama
hingga 2041.
Belum lagi kita teringat kasus blok
Cepu 2006 silam. Kekayaan migas
Indoensia ini justru diserahkan
kepada perusahaan asing Exxon.
Entah apa yang dipikirkan
pemerintah, yang pasti, status
pemilik sumber daya alam yang
disandang Indonesia seharusnya
memberikan kita keuntungan lebih
besar dan kontrol kebijakan atas
kerjasama ini. Sehingga, negeri ini
tidak hanya menjadi pemilik yang
tidak merasakan apa yang
dimilikinya.
Contoh lain adalah tambang gas blok
Mahakam yang akan selesai kontrak
dengan perusahaan Total E&P
Indonesie dan Inpex Corporation
(Jepang) pada 2017. Bukannya
mencoba meraih kedaulatan energi di
negeri sendiri, yang terjadi justru ada
indikasi perpanjangan kontrak hingga
2037 mendatang. Hal ini juga
terlihat berdasarkan kajian Iress
dalam petisi blok Mahakam pada 10
Oktober 2012 di Jakarta bahwa
dengan besarnya cadangan gas
tersisa di blok mahakam hingga
50%, pihak asing telah kembali
mengajukan perpanjangan kontrak.
Di samping permintaan oleh
manajemen Total E & P, PM
Prancis Francois Fillon pun telah
meminta perpanjangan kontrak
Mahakam pada kesempatan
kunjungan ke Jakarta Juli 2011. Di
samping itu Menteri Perda¬ga¬ngan
Luar Negeri Pran¬cis Ni¬cole Bricq
kembali meminta perpanjangan
kontrak saat kunjungan Jero Wacik
di Paris, 23 Juli 2012. Hal yang
sama disampaikan oleh CEO Inpex
Toshiaki Kitamura saat bertemu
Wakil Presiden Boediono dan
Presiden SBY pada 14 September
2012.
Permasalahan kedaulatan energi ini
tidak akan terselesaikan jikalau
pemerintah tidak mau memberikan
kesempatan kepada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) untuk
mengelola SDA dan mengatur
kontrol dalam sumber daya energi
yang ada di Indoensia. Adapun
sering munculnya problem Sumber
Daya Manusia (SDM) yang kurang
mumpuni dalam pengelolaan SDA
rasanya seharusnya bukanlah
menjadi poin utama. Karena dengan
aset SDA yang sangat luar biasa
“kaya”, rasanya tidak mustahil kita
mendatangkan ahli-ahli dunia untuk
menjadi pekerja di Indonesia, bukan
sebaliknya orang-orang terbaik
dalam negeri yang justru kini menjadi
pekerja perusahaan-perusahan asing
dalam negeri ataupun di luar negeri
yang hanya diiming-imingi dengan
uang.
Belum lagi permasalahan ketahanan
pangan, komersialisasi hukum, serta
permasalahan lainnya yang
menjurus kepada degradasi ideologi
serta identitas bangsa yang kini
hampir terjadi kepada seluruh aspek
kehidupan bangsa.
Permasalahan-permasalahan ini
banyak yang telah menodai
perjuangan pahlawan revolusi. Kita
teringat dengan perkataan sang
Panglima Besar Jenderal Soedirman,
“Lebih baik dibom atom, daripada
tidak merdeka sepenuhnya.” Tidak
berdaulatnya negeri ini dalam
sumber daya energi dapat menjadi
contoh penjajahan asing kontemporer
sebagai pengkhianatan terhadap
perjuangan pahlawan revolusi. Entah
ada kepentingan apa pemerintah
berpihak kepada asing, yang jelas
nilai-nilai kedaulatan yang
ditanamkan pahlawan revolusi telah
ternodai.
Penetrasi-penetrasi bentuk
penjajahan baru yang merasuk dan
mempengaruhi kedaulatan bangsa
justru seolah sejalan dengan
kebijakan-kebijakan pemerintah saat
ini. Dapat kita lihat kebijakan
pemerintah dari tidak sejalan dengan
kedaulatan energi, krisis ketahanan
pangan, liberalisasi pendidikan serta
permasalahan sosial lainnya yang
terjadi di masyarakat.
Semoga setiap apa yang sudah
diperjuangkan pahlawan dalam
merebut revolusi menjadi refleksi kita
semua bahwa konsekuensi
kemerdekaan adalah berdaulat
sepenuhnya di negeri sendiri.
lintang gzl
Title : perjuangan pahlawan telah ternodai
Description : &imgrefurl=http://www.clubemesc.com.br/editor/images/heroes_monument.htm&usg=__UJFbN7VsoopaZbB7SoIsKF7Z57M=&h=495&w=700&...

0 Response to "perjuangan pahlawan telah ternodai"

Posting Komentar